-->

Askep Hernia Pada Anak Lengkap Anatomi Fisiologi Hernia dan Laporan Pendahuluan Pengkajian

Bagi mahasiswa Keperawatan menyusun sebuah laporan Asuhan Keperawatan baik untuk materi Seminar maupun untuk laporan Praktik di Rumah Sakit merupakan suatu hal yang sangat menguras tenaga dan pikiran. apalagi harus mencari beberapa Referensi Buku dan Daftar Pustaka lainnya.

terutama untuk Laporan Asuhan Keperawatan Anak, yang masih sangat sulit untuk menemukan buku-buku referensinya. Namun berkat adanya file Laporan saya semasa kuliah dulu, maka kali ini saya akan sedikit berbagi Tentang Laporasn Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Hernia Lengkap Dengan Anatomi Fisiologinya.

dan jika Materi yang akan saya bagikan berikut ini kurang, Kamu bisa kirim di kontak komentar untuk meminta file Doc.-nya agar kami tidak capek dan susah payah mengeditnya lagi, juga beserta dengan daftar pustaka.

Jangan Lupa Baca Juga :

A.  Anatomi Fisiologi
1.    Anatomi sistem pencernaan
Menurut Tarwoto (2009: 262) Sistem pencernaan merupakan saluran panjang (kurang lebih 9 meter) yang terlibat dalam proses mencerna makanan, mulai dari mulut sampai dengan anus. Saluran ini akan menerima makanan dari luar tubuh dan mempersiapkannya untuk diserap serta bercampur dengan enzim dan zat cair melalui proses pencernaan, baik dengan cara pengunyahan, menelan dan mencampur menjadi zat-zat gizi dan energi.
Dalam melakukan fungsi dari sistem pencernaan di atas maka sistem pencernaan dilengkapi dengan saluran pencernaan dan asesoris pencernaan.
a.    Mulut   
Mulut merupakan jalan masuk yang dilalui makanan pertama kali untuk sistem pencernaan. Rongga mulut dilengkapi dengan alat pencernaan (gigi dan lidah) serta kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan makanan, mulut terdiri dari 2 bagian atas bagian luar (vestibula) yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir dan pipi dan rongga mulut bagian dalam. Palatum  terdiri atas palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maksilaris.
b.   Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan esophagus. Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga mulut dengan perantara lubang yang disebut ismus fausium
Bagian-bagian faring adalah:
1)        Superior (nasofaring): setinggi dengan hidung, bermuara tuba yang menghubungkan faring dengfan gendang telinga.
2)        Media (orofarin); setinggi dengan mulut, berbatas ke depan sampai di akar lidah
3)        Interior (laringofaring): setinggi dengan laring, menghubungkan orofaring dengan laring
c.    Esofagus
Merupakan bagian saluran pencernaan sepanjang ±25 cm dan diameter 2 cm. Dinding esofagus tersusun atas epitelium berlapis pipih.Selain itu, pada kerongkongan terdapat pula beberapa otot, yakni otot melingkar dan otot longitudinal. Apabila otot tersebut berkontraksi, kerongkongan akan bergerak.
d.   Lambung  
Lambung merupakan organ pencernan yang paling fleksibel karena dapat menampung makanan sebanyak 1-2 liter. Bentuknya seperti huruf  J atau kubah dan terletak di kuaran kiri bawah abdomen.
e.    Usus halus
Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung yang terletak di antara spingter pylorus lambung dengan valve ileosekal yang merupakan bagian awal usus besar, posisinya terletak di sentral bawah abdomen yang disuport dengan lapisan mesenterika (berbentuk seperti kipas) yang memungkinkan usus halus ini mengalami perubahan bentuk (seperti berkelok-kelok).
Usus halus memiliki saluran paling panjang dari saluran pencernaan dengan panjang sekitar 3 meter dengan lebar 2,5 cm, walaupun tiap orang memiliki ukuran yang berbeda-beda. Usus halus ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum (± 25 cm), jejunum (± 2,5 m), serta ileum (± 3,6 m).
f.     Usus besar
Kolon merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Ia memiliki panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar terbagi menjadi 3 daerah, yaitu : kolon asenden, kolon transversum, dan kolon desenden.
g.    Rektum
Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik.
h.   Anus
Merupakan bagian saluran pencernaan dengan dunia luar terletak di dasar pelvis dan dindingnya diperkuat oleh sfinghter ani yang terdiri dari sfinhter ani internus, sfighter levator ani, sfinghter ani elksternus.

2.    Fisiologi sistem pencernaan
Fusngsi dari sistem penceranaan menurut Tarwoto (2009: 261) ialah sebagai berikut:
a.      Mulut
Memecah makanan menjadi zat-zat gizi, sekresi mulut berfungsi untuk meningkatkan pencernaan zat tepung, mengatur pemasukan cairan, mrerangsang nafs makan dengan cara melarutkan bahan makanan sehingga kontak bintik-bintik rasa dilidah dan melicinkan makanan sehingga mudah ditelan (Suratun, 2010: 3).
b.      Faring
Didalam faring terdapat sfingter Pharingoesofageal yang Berfungsi mencegah makanan dari esofagus masuk kedalam faring. Tonsil yang terdapat didalam lengkung faring berfungsi untuk pertahanan terhadap infeksi (Suratun, 2010: 3).
c.       Esofagus
Fungsi esofagus adalah menyalurkan makanan ke lamung. Agar makanan dpat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat ber-jalan menuju lambung.
d.      Lambung
Fungsi utama dari lambung adalah menyimpan makanan yang sudah bercampur dengan cairan yang dihasilkan lambung (getah lambung).
e.       Usus halus
Fungsi usus halus menerima sekresi hati dan pangkreas, mengabsorbsi sari pati makanan dan menyalurkan sisa hasil metabolisme ke usus besar.
i.      Usus besar
Fungsi usus besar antara lain adalah Menyerap air selama prose pencernaan. Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E.coli. Membentuk massa feses. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh.
j.     Rektum
Fungsi dari rektum untuk menampung feses terlebih dahulu pada bagian rektum, apabila feses sudah siap dibuang maka oto spinkter rektum mengatur pembukaan dan penutupan anus.
k.   Anus
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar), yang merupakan fungsi utama anus.
B.  Konsep Kasus
1.    Pengertian
Hernia adalah prostrusi (tonjolan) abnormal suatu organ, atau bagian organ, melewati celah di struktur sekitarnya umumnya prostusi organ abdomen melalui di dinding abdomen (Brooker, 2008: 187).
Menurut Grace (2007: 119) menyatakan bahwa hernia merupakan penonjolan viskus atau sebagian dari viskus melalui celah yang abnormal pada selubungnya.
Berdasarkan kedua pengertian diatas maka penulis menyimpulkan Hernia Adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ ditempatnya yang normal melalui sebuah defek congenital atau yang di dapat oleh penderita.
2.    Etiologi
Menurut  Suratun  (2010: 318) ada 2 (dua) penyebab  terjadinya hernia yaitu : Defek  dinding  otot  abdomen: Hal ini dapat terjadi sejak lahir (congenital) atau didapat seperti karena usia, keturunan, akibat dari pembedahan sebelumnya. Peningkatan tekanan intraabdominal: Penyakit paru obtruksi menahun (batuk kronik), obesitas, adanya Benigna Prostat Hipertropi (BPH), sembelit, mengejan saat defekasi dan berkemih, mengangkat beban terlalu berat dapat meningkatkan tekanan intraabdominal.
3.    Klasifikasi
Menurut  Suratun, (2010: 316), adapun klasifikasi hernia ialah sebagai berikut:
a.    Hernia Inguinal:
1)   Hernia indirek atau lateral :
hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis, dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum. Umumnya terjadi pada pria, Benjolan tersebut bisa mengecil, menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan, mengangkat benda berat atau berdiri dapat tumbuh kembali.
2)   Hernia diarek atau medialis :
hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Lebih umum terjadi pada lansia. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehinga meskipun arteri inguinalis internal ditekan bila klien berdiri ataupun mengejan, tetap akan timbul bejnolan. Pada klien terlihat adanya massa bundar pada arteri inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila klien tidur. Karena besarnya defek pada dindung posterior maka hernia ini jarang menjadi irreponible.
b.   Hernia femoralis
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoral yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat menghindari kandung kemih masuk kedalam kantong.
c.    Hernia umbilikal
Hernia umbilikal pada umumnya terjadi pada wanita karena peningkatan tekanan abdominal, biasanya pada klien obesitas dan multipara.
d.   Hernia insisional
Hernia insisional terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat, gangguan penyembuhan luka kemungkinan disebabkan oleh infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau obesitas. Usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.
4.    Patofisiologi
Hernia terdiri dari tiga unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritoneum, isi hernia (usus, omentum, kadang berisi organ intraperitoneal lain atau organ ekstraperitonial seperti ovarium, apendiks divertikel dan buli-buli), dan sruktur yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit (skrotum), umbilicus, paru dan sebagainya (Suratun, 2010: 319).
Hernia inkarserata terjadi bila usus yang prolaps tersebut menyebabkan konstriksi suplai darah ke kantong skrotum. Bayi kemudian akan mengalami nyeri dan gejala-gejala obsruksi usus(distensi abdomen, nyeri kolik abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feses, muntah). Hidrokel kominikans selalu disertai hernia. Anak tersebut mula-mula menampakkan benjolan atau tonjolan intermiten di daerah lipat paha, skrotum atau labia. Tonjolan trsebut akan membesar bila ada tekanan intrabdominal, seperti pada saat menangis atau mengejan. Isi kantong hernia biasanya dilakukan pemulihan melalui pembedahan (hernigrafi) pada pasien rawat jalan. (Betz, 2009: 230).
Secara patofisiologi pada hernia indirek, sebagian usus keluar melalui duktus spermatikus sebelah lateral dari arteri epigastrika inferior mengikuti kanalis inguinalis yang berjalan miring dari lateral atas ke medial, masuk ke dalam skrotum. Juga disebut hernia inguinalis lateralis atau oblique dan biasanya merupakan hernia yang kongenital. Kongenital karena melalui suatu tempat yang juga merupakan kelemahan congenital. karena usus keluar dari rongga perut masuk ke dalam skrotum dan jelas tampak dari luar maka hernia inguinalis disebut pula hernia ekternal          (Suratun, 2010: 319).
Bagian usus yang nekrotik berwarna merah kehitam–hitaman dengan dinding yang menebal akibat bendungan dalam vena. Darah dapat juga ke dalam isi hernia (usus) atau kedalam kantong hernia. Akibat infeksi kuman yang ada dalam rongga usus yang terbendung, maka mudah terjadi pembusukan atau ganggren (Suratun, 2010: 319).


5.    Manifestasi Klinis
Menurut Grace, (2007: 119) manifestasi klinis pada pasien dengan hernia yaitu :
a.       Pasien datang dengan benjolan di tempat hernia.
b.      Hernia femoralis berada dibawah dan lateral dari tuberkulum pubikum. Biasanya hernia ini mendatarkan garis-garis kulit di lipatan paha. 50 persen kasus merupakan kasus kegawatdaruratan bedah akibat terobstruksinya isi hernia dan 50 persen dari kasus ini membutuhkan reseksi usus halus. Hernia femoralis tidak dapat di kembalikan ketempat semula.
c.       Hernia inguinalis dimulai pada bagian atas dan medial terhadap tuberkulum pubikum namun dapat turun lebih luas jika membersar, biasanya mempertegas garis-garis lipatan.
6.    Penatalaksanaan
Grace, (2007; 119). Mengatakan penatalakasanaan yang diberikan kepada penderita hernia meliputi :
a.       Nilai hernia untuk : keparahan gejala, resiko komplikasi (tipe,ukuran leher hernia), kemudahan untuk perbaikan (lokasi, ukuran), kemungkinan berhasil (ukuran, banyakya isi perut kanan yang hilang).
b.      Nilai pasien untuk : kelayakan operasi, pengaruh hernia terhadap gaya hidup (pekerjaan dan hobi).
c.       Perbaikan dengan bedah biasanya ditawarkan pada pasien – pasien dengan: hernia dengan riseko komplikasi apapun gejalanya. hernia dengan adanya gejala-gejala obstruksi sebelumnya. hernia dengan risiko komplikasi yang rendah namun dengan gejala yang mengganggu gaya hidup dan sebagainya.
7.    Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suratun, (2010: 321). Pemeriksaan penunjang pada penderita hernia dapat dilakukan dengan cara berikut:
a.    Pemeriksaan darah lengkap : menunjukkan peningkatan sel darah putih, serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokkrit), dan ketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan koagulasi darah: mungkin memanjang, mempengaruhi homeostatis intra operasi atau post oprasi.
b.    Pemeriksaan urine; Munculnya sel darah merah atau bakteri yang mengindikasikan infeksi.
c.    Elektro kardiografi (EKG) Penemuan akan sesuatu yang tidak normal menberikan prioritas perhatian untuk menberikan anestesi.
d.   Sinar X abdomen menunjukkan abnormal kadar gas dalam usus/ obtruksi usus.
8.    Komplikasi
Grace, (2007: 119) Menyebutkan  komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hernia ialah:
a.    Hematoma (luka atau pada skrotum),
b.    Retensi urin akut. Infeksi pada luka.
c.    Nyeri kronis.
d.   Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofitestis.
e.    Rekurensi hernia.
C.  Pengkajian
Pengkajian Pre Operasi  pada klien Anak dengan hernia menurut Suratun (2010: 323) adalah sebagai berikut :
1.    Aktivitas/Istirahat
Klien dilakukan anamnese mengenai riwayat penyakit. Pada pemeriksaan fisik klien mengalami penurunan rentang gerak, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa, atrofi otot.
2.    Sirkulasi
Apakah klien mempunyai riwayat penyakit jantung, edeme pulmonal, penyakit vaskular perifer.
3.    Eliminasi
Apakah klien mengalami konstipasi, adanya inkontinensia atau retensi urine.
4.    Makanan/Cairan
Apakah klien mengalami gangguan bising usus, mual, muntah, nyeri abdomen, malnutrisi atau obesitas.
5.    Nyeri/Kenyamanan
Apakah klien mengalami nyeri di daerah benjolan hernia, kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau daerah peri umbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
6.    Keamanan
Apakah klien mempunyai riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan.
7.    Pernapasan
Apakah klien mempunyai riwayat infeksi saluran pernapasan.
8.    Pemeriksaan fisik
Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik mencakup:
a.       Nyeri tekan
b.      Atrosi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam benjolan
c.       Konstipasi (mengalami kesulitan dalam defekasi)
d.      Kelemahan otot
Sementara Pengkajian pada pasien Post Operasi  hernia menurut Suratun (2010: 326) adalah sebagai berikut :
1.    Aktivitas/ istirahat
Apakah klien mengalami kelemahan, merasa lemas, lelah, tirah baring, penurunan kekuatan otot, kehilangan tonus otot, dan letargi,.
2.    Sirkulasi 
Apakah klien menunjukkan takikardia, perubahan tekanan darah (hipotensi dan hipertensi
3.    Eliminasi
Apakah klien mengalami perubahan karakteristik urin dan feses, ketidakmampuan defekasi, konstipasi, penurunan pengeluaran urin, menurunya peristaltik/bising usus.
4.    Makanan/cairan
Apakah klien mengalami anoreksia, mual muntah membran mukosa kering, dan turgor kulit buruk.
5.    Nyeri/kenyamanan
Apakah klien mengalami nyeri insisi bedah, distensi kandung kemih, dan nyeri tekan pada kandung kemih.
6.    Keamanan
Apakah klien klien mengalami gatal, nyeri, bengkak, kemerahan dan kemungkinan pendarahan.
7.    Pernafasan
Apakah klien mengalami takipnea, pernafasan dangkal, batuk, dan perubahan pola napas.
D.  Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang lazim muuncul pada klien Anak dengan Hernia menurut Suratun (2010: 323) yaitu sebagai berikut :
1.    Pre Operasi
a.    Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
b.    Kecemasan pada orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur operasi.
2.    Post Operasi
a.    Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
b.    Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
c.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Askep Hernia Pada Anak Lengkap Anatomi Fisiologi Hernia dan Laporan Pendahuluan Pengkajian"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel