-->

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) VERTIGO TERBARU DAN LENGKAP

Saat kita sebagai perawat hendak melakukan Asuhan keperawatan pada seorang pasien, maka terlebih dahulu kita di haruskan mempunyai dan sudah menguasai tentang defenisi dari suatu kasus atau sering di sebut dengan Laporan Pendahuluan, untuk itu pada kesempatan yang sangat mulia ini saya akan membagikan beberapa hal yang terkait dengan Vertigo, yang nantinya terdiri dari Pengertian Vertigo hingga Perencanaan Keperawatan Pada Pasien Vertigo.

Sebelum anda membuat Laporan Penduhuluan pada Kasus Vertigo maka terlebih dahulu hendaknya kita melihat latar belakangnya dulu.

Laporan Pendahuluan VERTIGO TERBARU

LATAR BELAKANG VERTIGO


Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui. Secara tidak langsung kitapun pernah mengalami vertigo ini. Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani “vertere” yang artinya memutar. Vertigo termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik. Kasus vertigo di Amerika  adalah 64 orang tiap 100.000, dengan presentasi wanita lebih banyak daripada pria. Vertigo juga lebih sering terdapat pada Usia yang lebih tua yaitu diatas 50 tahun.

Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi dari kejadian atau trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu akibat dari kejadian atau trauma tersebut ialah seseorang akan mengalami vertigo. Kasus ini sebaiknya harus segera ditangani, karena jika dibiarkan begitu saja akan menggangu system lain yang ada di tubuh dan juga sangat merugikan klien karena rasa sakit atau pusing yang begitu hebat. Terkadang klien dengan vertigo ini sulit untuk membuka mata karena rasa pusing seperti terputar-putar. Ini disebabkan karena terjadi ketidakseimbangan atau gangguan orientasi.  

Oleh karena itu, pembelajaran mengenai vertigo beserta asuhan keperawatannya dirasa sangat penting dan perlu. Dengan memiliki pengetahuan yang baik beserta pemberian asuhan keperawatan  yang benar, maka diharapkan agar kasus vertigo ini dapat berkurang dan masyarakat bisa mengetahui akan kasus vertigo ini dan bisa mengantisipati akan hal tersebut.


A.  Konsep Dasar Vertigo 


Vertigo adalah suatu gejala dengan sensasi diri sendiri atau sekeliling terasa berputar yang terjadi secara tiba-tiba. Ada kondisi vertigo yang ringan serta tidak terlalu terasa dan ada yang parah sehingga menghambat rutinitas.

Serangan vertigo bisa bervariasi, mulai dari pusing yang ringan dan muncul secara berkala hingga yang parah dan berlangsung lama.  Serangan yang parah bisa terus berlangsung selama beberapa hari sehingga penderitanya tidak bisa beraktivitas dengan normal

Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau ruang di sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun melayang. Vertigo menunjukkan ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau juga dapat disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti vestibular atau aktivitas vestibulocerebellar.



Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)

B.    ANATOMI DAN FISIOLOGI VERTIGO


System syaraf dibagi menjadi dua sistem syaraf pusat yang terdiri dari otak dan medula spinalis dan system syaraf perifer terdiri dari: saraf kranial dan syaraf spinal.

1.      Jaringan syaraf

a.    Neuron

Susunan saraf pusat manusia mengandung sekitar 100 miliar neuron. Neuron adalah suatu sel saraf dan merupakan unit anatomis dan fungsional system persyarafan. Biasanya terdiri dari dendrit sebagai bagian peneriman rangsangan dari saraf – saraf lain; badan sel yang mengandung inti sel; akson yang menjadi perpanjangan atau serat tempat lewatnya sinyal yang dicetuskan di dendrit dan badan sel: serta terminal sel; serta terminal akson yang menjadi pengirim sinyal untuk disampaikan ke dendrit atau badan sel neuron kedua dan apabila disusunan saraf perifer, sinyal disampaikan ke sel otot atau kelenjar. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 2)

Neuron – neuron yang membawa informasi dari susunan saraf perifer ke sentral disebut neuron sensorik atau aferen. Neuron yang membawa informasi keluar dari susunan saraf pusat ke berbagai organ sasaran (suatu sel otot atau kelenjar) disebut neuron motorik atau eferen. Kelompok ketiga yang membawa sebagian besar neuron susunan saraf pusat, menyampaikan pesan – pesan antara neuron aferen dan eferen, neuron ini disebut interneuron. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 3)

b.  Transmisi sinap

Neuron menyalurkan sinyal – sinyal saraf ke seluruh tubuh. Kejadian listrik ini yang kita kenal dengan impuls saraf. Impuls saraf bersifat listrik di sepanjang neuron dan bersifat kimia di antara neuron. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 4)

c.     Neutransmiter

Neurotrasmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam gelembung sinaps pada ujung akson. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 4)



2.      Sistem Syaraf Pusat

a.       Otak

Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Metabolisme otak merupakan proses tetap dan kontinue, tanpa ada masa istirahat. Bila aliran darah berhenti selama 10 detik saja, maka kesadaran mungkin sudah akan hilang, dan penghentian dalam beberapa menit saja dapat menimbulkan kerusakan yang tidak irreversible. (Valeria C. Scanlon Tina Sanders, 2006, hlm. 157)

b.         Cerebrum

Menurut Arif Muttaqin, (2008, hlm. 9) Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar, kira-kira 80% dari berat otak. Cerebrum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh Korpus Kallosum yaitu hemisfer substansia alba, yang menghubungkan bagian – bagian otak dengan bagian yang lain dan substansia grisea yang terdapat diluar terbentuk dari badan – badan sel saraf.  Keempat lobus serebrum yaitu lobus frontal, parietal, temporal dan oksipital



1)      Lobus Prontal :Berfungsi sebagai aktivitas motorik, fungsi intelektual, emosi dan fungsi fisik. Pada bagian prontal kiri terdapat Area Broca yang berfungsi sebagai  pusat motorik bahasa dan mengontrol ekspirasi bicara.

2)      Lobus parietal :Terdapat sensasi primer dari korteks berfungsi sebagai proses input sensori, sensasi posisi, sensasi raba, tekan, perubahan suhu ringan dan pendengaran.

3)      Lobus temporal :Mengandung area auditorius, tempat tujuan  area asosiasi primer untuk informasi auditorik dan mencakup Area Wernicke tempat interpretasi  bau dan penyimpanan bahasa.

4)      Lobus occipital:Mengandung area visual otak, berfungsi sebagai penerima informasi dan menafsirkan warna refleks visual. Lobus ini menerima informasi yang berasal dari retina mata.



c.       Batang Otak : Menurut Arif Muttaqin, (2008. Hlm 12-14) Batang otak terdiri dari otak tengah atau Mesencephalon, pons dan medula oblongata, berfungsi pengaturan reflek untuk fungsi vital tubuh

1)      Otak tengah : berfungsi sebagai kontrol refleks pergerakan mata akibat adanya stimulus pada nervus kranial III dan IV,

2)      Pons: Menghubungkan otak tengah dengan medula oblongata, berfungsi sebagai pusat-pusat refleks pernafasan.

3)      Medula  oblongata : Mengandung pusat reflek yang penting untuk jantung, vasokontriktor, pernafasan, bersin, menelan, batuk, muntah, sekresi saliva. saraf kranial IX, X, XI dan XII keluar dari medula oblongata.



d.   Cerebellum

Besarnya kira-kira ¼ dari cerebrum, antara cerebellum dan cerebrum dibatasai oleh tentorium serebri. Fungsi utama cerebrum koordinasi aktivitas muskuler: kontrol tonus otot, mempertahankan postur dan keseimbangan dan melakukan program akan gerakan – gerakan pada keadaan sadar dan tidak sadar. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 11)

a.       Hipotalamus

Berfungsi memproduksi Anti Diuretik Hormon, mengatur suhu tubuh, mengatur asupan makanan, mengatur aktivitas organ, seperti jantung, pembuluh darah dan usus, merangsang respons organ viseral selama dalam kondisi emosional, mengatur ritme tubuh seperti siklus tidur, perubahan mood dan kesiagaan mental. (Valeria C. Scanlon Tina Sanders, 2006, hlm. 159).

b.       Thalamus

Terletak diatas hipotalamus dibawah serebrum, fungsi thalamus serkait dengan sensasi pengindraan sehingga serebrum akan memahami secara keseluruhan. (Valeria C. Scanlon Tina Sanders, 2006, hlm. 160)

c.      Sirkulasi serebral

Suzzane C. Smelzzer, dkk, (2001, hlm. 2078) menjelaskan Sirkulasi serebral. Sirkulasi serebral menerima kira – kira 20% dari curah jantung atau 750 ml permenit.

Darah arteri yang disulai ke otak berasal dari dua arteri karotis internal dan dua arteri vertebral dan meluas ke sistem percabangan. Karotis internal dibentuk dari percabangan dua karotis dan memberikan sirkulasi darah otak bagian anterior. Arteri – arteri vertebral adalah cabang dari arteri subklavia, mengalir ke belakang dan naik pada satu sisi tulang (Lihat pada gambar 2. 4) belakang bagian vertikal dan masuk tengkorak melalui foramen magnum. Kemudian saling berhubungan menjadi arteri basilaris pada batang otak. Arteri vertebrobasialis paling banyak menyuplai darah ke otak bagian posterior. Arteri basilaris membagi menjadi dua cabang pada arteri serebralis bagian posterior.

Pada dasar otak di sekitar kelenjar hipofisis, sebuah lingkaran arteri terbentuk diantara rangkaian arteri karotis internal dan vertebral. Lingkaran ini disebut sirkullus willisi (Lihat gambar 2.5) yang dibentuk dari cabang – cabang arteri karotis internal, anterior dan arteri serebral bagian tengah dan arteri penghubung anterior dan posterior. Aliran darah dari sirkulus willisi secara langsung mempengaruhi sirkulasi anterior dan posterior serebral, arteri – arteri pada sirkulus willisi memberi rute alternatif pada aliran darah jika salah satu peran arteri mayor tersumbat.

Sirkulus Willisi dan beberapa variasi anatomik yang sering dijumpai. Anormali diberi tanda panah. A. Sirkulus willisi yang normal. B. Reduplikasi arteri komunikans anterior. C. Arteri serebri anterior yang menyempit seperti tali. D. Arteria komunikans posterior yang menyempit seperti tali. E. Arteria serebri posterior yang secara embrionik berasal dari arteri interna. ACA. Arteria serebri anterior. AcomA, arteria komunikans anterior. MCA, arteria serebri media. ICA, arteria korotis interna. PcomA, arteria komunikans posterior. PCA, arteria serebri posterior. SCA, arteri serebri superior. BA, arteria basilaris. AICA, arteri serebralis inferior anterior. PICA,arteri serebralis inferior posterior. VA, arteria vertebralis

Jika arteri tersumbat karena spasme vaskuler, emboli atau karena trombus, dapat menyebabkan sumbatan aliran darah ke distal neuron – neuron dan mengakibatkan sel neuron cepat nekrosis. Keadaan ini mengakibatkan stroke (cedera serebrospinal atau infark). Pengaruh sumbatan pembuluh darah tergantung pada pembuluh darah dan pada daerah otak yang terserang.

d.      Medula Spinalis

Medula Spinalis  atau sum-sum tulang belakang  bermula pada medula oblongata. Fungsi medula spinalis sebagai gerakan otot tubuh dan pusat refleks.



3.      Sistem Saraf Perifer

Sistem  Saraf Perifer terbagi atas Saraf  Spinal  dan Saraf Kranial

a.       Saraf Spinal

Terdiri atas 31 pasang Saraf Spinal yang terbagi atas :

1)      8 pasang Saraf Servikal

2)      12 pasang Saraf Torakal

3)      5 pasang Saraf lumbal

4)      5 pasang Saraf Sacral

5)      1 pasang  Saraf Coccigeal



b.      Saraf Kranial

Menurut Sylvia A. Price, dkk, (2006, hlm. 1034), bahwa ada 12 saraf kranial  yang masing-masing terbagi berdasarkan fungsinya masing-masing, diantaranya adalah:



C.     Etiologi Vertigo


1. Otologi 24-61% kasus, a) Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV), b) Meniere Desease c) Parese N VIII Uni/bilateral, d) Otitis Media

2. Neurologik  23-30% kasus. a) Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum. b) Ataksia karena neuropati. c) Gangguan visus. d) Gangguan serebelum. e) Gangguan sirkulasi LCS. f) Multiple sklerosis. g)  Vertigo servikal



3. Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler. a)      Tekanan darah naik turunb)      Aritmia kordis. c) Penyakit koroner. d)  Infeksi. e) <  glikemia. f) Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,

4. Psikiatrik > 50% kasus; a) Depresi, b) Fobia, c) Anxietas, d) Psikosomatis

5. Fisiologik Melihat turun dari ketinggian.



D.    Manifestasi Klinik


Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.



Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.



Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.



Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :

1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri atau lingkungan

2. Merasakan mual yang luar biasa

3. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual

4.Gerakan mata yang abnormal

5.Tiba - tiba muncul keringat dingin

6.Telinga sering terasa berdenging

7.Mengalami kesulitan bicara

8.Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar

9. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan





E.    Komplikasi

1. Cidera fisik

Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.



2. Kelemahan otot

Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.



F. Patofisiologi dan Pathway

Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).

Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan.

Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan parese N VIII.

Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.

G. Pemeriksaan Penunjang

Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain:

1. Pemeriksaan fisik:

Pemeriksaan mata, Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh, Pemeriksaan neurologik, Pemeriksaan otologik, Pemeriksaan fisik umum

2. Pemeriksaan khusus :

ENG, Audiometri dan BAEP , Psikiatrik



3. Pemeriksaan tambahan: Radiologik dan Imaging, EEG, EMG



G.  Penatalaksanaan

1.      Penatalaksanaan Medis

Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :

a)      Anti kolinergik

·         Sulfas Atropin : 0,4 mg/im

·         Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam

b)      Simpatomimetika

Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit

c)      Menghambat aktivitas nukleus vestibuler

Golongan antihistamin

Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah :

      i.            Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam

ii.            Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.              



Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk terapi bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari : 

a)      Terapi kausal

b)      Terapi simtomatik

c)      Terapi rehabilitatif



2.      Penatalaksanaan Keperawatan

a)      Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.

b)      Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata ditutup.

c)      Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya ver­tigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang kuat.

d)     Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah dehidrasi.

e)      Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.

f)       Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan vestibu­lar akut.





H.    Asuhan Keperawatan sesuai teori

1.      P.       Pengumpulan data

1)       Identitas

Data klien, mencakup ; nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No RM/CM, tanggal masuk, tanggal kaji, dan ruangan tempat klien dirawat.

Data penanggung jawab, mencakup  nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, suku bangsa, hubungan dengan klien dan alamat.





2)       Riwayat Kesehatan Klien

Riwayat kesehatan pada klien dengan gangguan sistem Persarafan akibat vertigo  hal – hal sebagai berikut :

a)      Alasan Masuk Perawatan

Kronologis yang menggambarkan prilaku klien dalam mencari pertolongan.

b)      Keluhan Utama

Pada umumnya klien dengan gangguan sistem Persarafan akibat vertigo berupa pusing seperti berputar.

c)      Riwayat Kesehatan Sekarang

                            Merupakan pengembangan dari keluhan utama dan data yang  

                       menyertai  dengan  menggunakan pendekatan PQRST, yaitu :

P:
Paliatif / Propokative: Merupakan hal atau faktor yang mencetuskan terjadinya penyakit, hal yang memperberat atau memperingan. Pada klien dengan vertigo biasanya klien mengeluh pusing bila klien banyak bergerak dan dirasakan berkurang bila klien beristirahat.
Q:
Qualitas: Kualitas dari suatu keluhan atau penvakit yang dirasakan. Pada klien dengan vertigo biasanya pusing yang dirasakan seperti berputar.
R:
Region : daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan. pada klien dengan vertigo biasanya lemah dirasakan pada daerah kepala.
S:
Severity :derajat keganasan atau intensitas dari keluhan tersebut. Pusing yang dirasakan seperti berputar dengan skala nyeri (0-5)
T:
Time : waktu dimana keluhan dirasakan, time juga menunjukan lamanya atau kekerapan. Keluhan pusing pada klien dengan vertigo dirasakan hilang timbul.



d)     Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Riwayat penyakit terdahulu, baik yang berhubungan dengan system persyarafan maupun penyakit sistemik lainnya.

e)      Riwayat Kesehatan Keluarga

Penyakit-penyakit keluarga perlu diketahui terutama yang menular dam merupakan penyakit turunan.



f)       Riwayat Psikososial

Apabila mengkaji pasien dengan gangguan system persyarafan perhatikan juga lingkungan rumah dan pekerjaan yang bersangkutan, ketegangan yan g bersumber dari rumah, adanya kontak terhadap bahan toksik tertentu dan pemahaman akan kondisi psikososial klien penting untuk dikaji.



3)       Data Biologis dan Fisiologis

Meliputi hal-hal sebagai berikut :

a)      Pola Nutrisi

Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, makanan pantrangan dan napsu makan, serta diet yang diberikan. Makanan yang mengandung kolesterol tinggi, biasanya pada klien dengan vertigo terdapat mual-mual selama fase akut yang diakibatkan karena peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial).

b)      Pola Eliminasi

Dikaji mengenai pola BAK dan BAB klien, pada BAK yang dikaji mengenai frekuensi berkemih, jumlah, warna, bau serta keluhan saat berkemih, sedangkan pada pola BAB yang dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan bau serta keluhan­-keluhan yang dirasakan.

c)      Pola Istirahat dan Tidur

Dikaji pola tidur klien, mengenai waktu tidur, lama tidur, kebiasaan mengantar tidur serta kesulitan dalam hal tidur. Biasanya klien dengan vertigo  akan mengalami gangguan istirahat tidur karena adanya nyeri kepala yang hebat.

d)     Pola Aktivitas

Dikaji perubahan pola aktivitas klien, klien dengan vertigo akan merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis  serta merasa mudah lelah, susah beristirahat karena nyeri kepala.

d)    Pola Personal Hygiene

Dikaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene (mandi, oral hygiene, gunting kuku, keramas). Klien dengan vertigo  akan tergantung pada orang lain dalam memenuhi personal hygiene karena adanya keterbatasan aktivitas fisik atau kelemahan.

4)       Pemeriksaan Fisik

a)     Keadaan Umum

Dikaji mengenai tingkat kesadaran. Klien dengan vertigo biasanya akan mengalami kesadaran, kadang tampak lemas.

b)    Pemeriksaan Persistem

(1)   Sistem Persarafan

Pada system pesarafan yang dikaji adalah tingkat kesadaran diorientasi orang, waktu, dan tempat, perubahan tanda-tanda vital, kemampuan klien mengingat kejadian sebelum dan sesudah sadar.

Pada klien dengan vertigo biasanya ditemukan adanya gangguan kesadaran dimana klien sadar dapat terlihat linglung atau tidak dapat mempertahankan keseimbangan tubuh.

(2)   Sistem kardiovaskuler

Ditemukan perubahan yaitu tekanan darah menurun kecuali apabila terjadi peningkatan tekanan intracranial, maka tekanan darah meningkat, denyut nadi bradicardi, dan kemudian takikardi dan iramanya tidak terarah.

(3)   Sistem Pernafasan

Pada klien dengan vertigo biasanya terjadi pola napas umumnya klien sesak karena terjadi penyumbatan trakeo brokial karena adanya secret pada trakeogrankeolus irama nafas tidak teratur nutrisi kedalam maupun frekuensi cepat dan dangkal.

(4)   Sistem musculoskeletal

Pada klien dengan vertigo biasanya ditemukan terjadinya gangguan fungsi motoris yang dapat berakibat terjadinya mobilisasi, pusing atau kerusakan pada motor neuron mengakibatkan perubahan pada kekuatan otot tonus otot dan aktifitas reflek .

(5)   Sistem eliminasi

Pada klien dengan vertigo sistem eliminasi akan terdapat referensi atau trikontinen dalam BAB dan BAK, terdapat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, dimana terdapat hiporat remia atau sipokalemia.

5)       Data Psikologis

Menurut (Keliat, 2006 : 77) konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu :

a)      Citra tubuh

Sikap ini mencakup persepsi  klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai. Biasanya klien dengan vertigo menyadari akan keterbatasan aktivitasnya.

b)      Ideal diri

Persepsi klien terhadap tubuh, posisi, status, tugas, peran, lingkungan dan terhadap penyakitnya. Klien dengan vertigo berharap akan sembuh seperti sediakala.

c)      Harga diri

Penilaian/penghargaan orang lain, hubungan klien dengan orang lain.  Biasanya klien dengan vertigo mengalami penurunan harga diri.

d)     Identitas

Status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien terhadap status dan posisinya. Biasanya klien dengan vertigo merasa terganggu dengan keadaannya karena fungsinya tidak bisa berjalan dengan baik.

e)      Peran

Seperangkat perilaku/tugas yang  dilakukan dalam keluarga dan kemampuan  klien  dalam melaksanakan tugas. Biasanya klien dengan vertigo merasa terganggu dalam melaksanaan tugas dan peran tersebut karena penyakitnya sekarang.

6)       Data Sosial dan Budaya

Dikaji mengenai hubungan atau komunikasi klien dengan  keluarga, tetangga, masyarakat dan tim kesehatan termasuk gaya hidup, faktor sosio kultural dan support sistem (Keliat, 2006 :78)

7)       Stresor

Setiap faktor yang menentukan stress atau menaganggu keseimbangan. Seseorang yang mempunyai stresor akan mempersulit dalam proses suatu penyembuhan penyakit.

8)       Koping Mekanisme

Suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan stres yang dihadapi (Keliat, 2006 :78).

9)        Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan Perlu  dikaji agar tim kesehatan dapat memberikan bantuan dengan

                    efisien

10)   Data Spiritual

Pada data spiritual ini menyangkut masalah keyakinan terhadap tuhan Yang Maha Esa, sumber kekuatan, sumber kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan dan kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama sakit serta harapan klien akan kesembuhan penyakitnya (Keliat, 2006 :78).

11)   Data Penunjang

a)     Farmakoterafi

Dikaji obat yang diprogramkan serta jadwal pemberian obat

b)      Prosedur Diagnostik Medik

c)      Pemeriksaan Laboratorium

pengkajian data keperawatan



a)       Aktivitas / Istirahat

Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan membaca, insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.

b)       Sirkulasi

Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah tampak kemerahan

c)      Integritas Ego

Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala, mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)

d)      Makanan dan cairan

Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain), mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan

e)      Neurosensoris

Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada pola bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam, papiledema.

f)        Nyeri/ kenyamanan

Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.



g)        Keamanan

Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).

h)       Interaksi sosial

Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit

i)        Penyuluhan/ Pembelajaran

Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan alkohol/obat lain termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.



2.      Diagnosa Keperawatan

 Diagnosa yang mungkin muncul :


1. Risiko infeksi dengan factor resiko : prosedur invasive
2. Mual b/d stimulasi mekanisme neurofarmakologis
3. Nyeri akut b/d agen injuri biologi
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d hilangnya nafsu makan, mual dan muntah



no
Diagnosa keperawatan
Tujuan Intervensi
Intervensi keperawatan
1
Risiko infeksi dengan factor risiko : prosedur invasif
NOC:
Pengetahuan pengendalian infeksi: tingkat pemahaman mengenai pencegahan dan pengendalian infeksi
Pengendalian risiko: tindakan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman kesehatan actual, pribadi serta dapat dimodifikasi

Tercapai setelah menjalani perawatan selama 3 hari

Criteria hasil:
·         faktor risiko akan hilang dengan dibuktikan oleh keadekuatan status imun klien
·          memantau factor risiko lingkungan dan perilaku seseorang
·          menghindari pajanan terhadap ancaman kesehatan
·         Menguah gaya hidup untuk mengurangi risiko
Intervensi NIC:
1.Pemberian vaksinasi: pemberian imunisasi untuk mencegah penyakit menular
2.Pengendalian infeksi : meminimalkan penularan agen infeksius
3. Perlindungan terhadap infeksi

Aktivitas keperawatan:
·         Pantau tanda/ gejala infeksi : suhu tubuh, denyut jantung,suhu kulit, lesi kulit, keletihan, malaise,sekresi, penampilan urine, penampilan luka
·         Kaji factor yang meningkatkan serangan infeksi
·         Pantau hasil laboratorium: albumin, protein serum,dll
·         Amati penampilan praktik hygine pribadi untuk perlindungan infeksi
·         Jelaskan kepada klien/keuarga mengapa sakit/pengobatan meningkatkan risikoterhadap infeksi
·         Ajarkan kepada klien untuk tehnik mencuci tangan yang benar
·         Lindungi klien terhadap kontaminasi silang 
2
Mual b/d stimulasi mekanisme neurofarmakologi
NOC:
Tingkat kenyamanan:perasaan lega secara fisik dan psikologis
Keseimbangan cairan: keseimbangan cairan dalam ruang intraseular dan ekstraselular tubuh
Status nutrisi: asupan makanan dan cairan: jumlah makanan dan cairan yang masuk kedalam tubuh dalam 24 jam

Tercapai setelah menjalani perawatan selama 3 hari

Criteria hasil:
·         Berat badan stabil
·         Tidak tedapat mata cekung
·         Hidrasi kulit tidak terganggu
·         keseimbangan asupan dan haluaran dalam 24 jam
·         klien melaporkan tidak mual
·         menunjukkan keseimbangan cairan dengan indicator 1-5 :ekstrem, berat, sedang, ringan, tidak bermasalah
Intervensi NIC:
1.penatalaksanaan cairan : peningkatan keseimbangan cairan dan pencegahan komplikasi
2.pemantauan cairan : pengumpulan dan analisis data klien untuk mengatur keseimbangan cairan
3.pemantauan nutrisi

Aktivitas keperawatan:
·         pantau gejala subyektif mual pada klien
·         pantau adanya peningkatan berat badan
·         pantau tingkat energy, malaise,keletihan, kelelahan.
·         Pantau turgor kulit
·         Ajarkan klien tehnik napas dalam untuk menekan reflex muntah
·         Ajarkan klien untuk makan dengan perlahan tapi sering
·         Kolaboratif : obat antimetik sesuai dengan anjuran
·         Naikkan bagian kepala tempat tidur pada posisi lateral untuk mencegah aspirasi
·         Pantau status nutrisi
3.
Nyeri akut b/d agen injuri biologi
NOC:
Tingkat kenyamanan: perasaan senang secara fisik dan psikologi
Nyeri: efek merusak: efek merusak dari nyeri terhadap emosi kliendan perilaku yang diamati
Perilaku mengendalikan nyeri: tindakan seseorang untuk mengendalikan nyeri
Tingkat nyeri: jumlah nyeri yang dilaporkan dan di tunjukkan

Tercapai setelah menjalani perawatan selama 3 hari:

Criteria hasil:
·         Menunjukkan tingkat nyeri dengan indicator 1-5 : eksterm, berat,sedang, ringan, tidak sama sekali.
·         Klien mampu menunjukkan tehnik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai Kenyamanan.
·         Klien mampu meningkatkan konsentrasi
·         Klien dapat tidur dengan efektif
Intervensi NIC:
1.pemberian analgesic
2.penatalaksanaan nyeri
3.sedasi sadar : pemberian sedative, memantau respon klien dan pemberian dukungan fisiologis yang dibutuhkan selama prosedur terapautik

Aktivitas keperawatan :
·         Meminta klien untuk menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10 ( 0-tidak ada nyeri/ketidaknyamanan, 10= nyeri sangat)
·         Lakukan pengkajian nyeri yang komperehensif meliputi lokasi, karakteristik,dll
·         Bantu klien untk mengidentifikasi tindakan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman yang telah berhasil dilakukan seperti: distraksi, relaksasi, kompres hangat atau dingingunakan pendekatan positif dengan tujuan untuk mengoptimiskan respon klien terhadap analgesic
·         Bantu klien untuk lebih berfokus pada aktivitas daripada ketidaknyamanan  dengan melakukan pengalihan melalui televise, tape, radio,dll
·         Observasi ketidaknyamanan verbal, khususnya pada mereka yang tidak mampu mengkomunikasikannya secara efektif.
·         Instruksikan klien untuk menginformasikan kepada perawat jika pengurang nyeri tidak dapat dicapai
·         Masukkan pada instruksi saat pemulangan klien mengenai pengobatan khusus yang harus dikonsumsi, frekuensi pemberian, efek samping, dll
4
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d hilangnya nafsu makan, mual dan muntah
NOC:
Status gizi: tingkat zat gizi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan metabolic
Status gizi: asupan makanan dan cairan: jumlah makanan dan cairan yang di konsumsi tubuh selama waktu 24 jam
Status gizi: nilai gizi: keadekuatan zat gizi yang dikonsumsi tubuh

Tercapai setelah menjalani perawatan selama 3 hari

Criteria hasil:
·         Klien akan mempertahankan berat badan ideal
·         Klien menyatakan toleransi terhadap diet ang dianjurkan
·         Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
·         Melaporkan keadekuatan tingkat energy

Intervensi NIC:
1.Pengelolaan gangguan makan
2.Pengelolaan nutrisi
3.Bantu menaikkan BB

Aktivitas  keperawatan:
·         Timbang BB klien pada interval yang sesuai
·         Tentukan BB idea klien
·         Berikan informasi menyangkut sumber-sumber yang tersedia . seperti: konseling diet,program latihan.
·         Diskusikan dengan klien tentang kondisi medis yang mempengaruhi BB
·         Diskusikan tentang risiko yang berkaitan dengan kelebihan atau kekurangan BB
·         Bantu klien dalam mengembangkan rencana makan yang seimbang dan konsisten dengan tingkat penggunaan energi


Berlangganan update artikel terbaru via email:

2 Responses to "LAPORAN PENDAHULUAN (LP) VERTIGO TERBARU DAN LENGKAP"

  1. Terima kasih, sudah share Askep Vertigo dengan Lengkap.

    ReplyDelete
  2. Luar biasa bagus laporan pendahuluannya mas, thanks ya.....

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel